"Hebat! Dia memutuskannya tapi pikir panjang." Kataku.
"Sekarang dia akan kerja apa?" Tanyaku.
Mentari sudah menampakkan kilau sinarnya namun si bocah ini masih asik dengan mimpinya.
Malas mungkin sudah bertahta di urat nadinya sehingga untuk bangun pagi pun terasa enggan.
Pukul sudah menunjukkan 6.30 itu tandanya dia harus segera berangkat ke tempat kerjanya.
Dia hanya mengusap layar ponsel untuk melihat jam saja lantas memilih kembali memejamkan mata.
Kali ini jam dindingnya menunjukkan pukul 7 harusnya sudah di kantor bersih-bersih dan merapikan meja.
Dasarnya sudah malas dia tak menggubris ini sudah jam berapa dan tetap melanjutkan tidurnya.
Ponselnya berbunyi tanda notifikasi masuk.
Kali ini siapa yang memberinya pesan, apakah hanya operator seluler yang menyuruhnya untuk isi pulsa?
Ohhh tidak! Ternyata orang kantor yang memberinya pesan lewat WA.
Pesan itu hanya dibaca olehnya dan dibalasnya walau hanya dengan satu kata.
HP kembali berbunyi lagi-lagi dari orang kantor.
Pesan kali ini berisi lebih serius tentang masa kerjanya jika dia tidak masuk hari ini.
Tak dibalas lagi.
Hingga ini benar-benar pesan yang terakhir, ini kesempatan terakhir baginya.
Dia membalas dengan kata-kata yang sepertinya tidak diolah sama sekali.
Memang terbilang berani atau memang dia tidak memikirkan lagi masa depannya.
Nampaknya ini yang terakhir, dia tidak akan lagi bekerja.
Dia memutus atau diputuskan oleh pihak kantor namun yang jelas tidak ada lagi namanya di tempat kerja.
Komentar
Posting Komentar